Jauhkanlah kedengkian, kedangkalan iman dan perjuangkanlah kedamaian sejati...
Pernyataan ustadz Somad itu disampaikan dalam rangka menjawab pertanyaan seorang peserta pembinaan iman umat islamiah atau istilah "gaulnya": ceramah. Dan pernyataan itu juga telah menimbulkan reaksi luas.
Figur yang disandikan dengan nama Ustadz memang adalah figur atau tokoh pendidik; yang bertugas mendidik dan mendewasakan iman umat atau anak didiknya, seperti yang dilakukan ustadz Somad. Selain sebagai pendidik, ustadz juga dipandang sebagai tokoh iman, yang tugasnya adalah memberi petunjuk, mengarahkan, dan menuntun banyak orang menuju kebaikan untuk menemukan terang dan kedamaian abadi, yaitu Allah, yang merupakan satu-satunya sumber kebaikan, terang dan kedamaian itu sendiri.
Ustadz Somad, adalah pendidik, tokoh iman dan orang pintar di bidang agama keislaman yang cukup terkenal di Indonesia, yang boleh dibilang sudah matang secara rohani, mental (psikis) dan penuturan. Namun, ketika seorang Somad, yang bertitlekan Ustadz, yang adalah tokoh pendidik, tokoh iman dan penuntun umat, dengan sengaja (ditambah gerakan badan) mengeluarkan pernyataan yang jelas-jelas anti, benci dan muak terhadap simbol agama lain (lihat video yang diunggah) adalah tindak yang tidak terdidik, menyesatkan, bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila (bukan hanya satu sila tapi semua sila), dan sangat berpotensi untuk menciptakan konflik horizontal.
Pernyataan yang tidak terdidik dan menghasut (seperti diunggah dalam video yang sedang viral) adalah tidak layak dan sangat tidak pantas untuk keluar dari mulut seorang tokoh seperti Somad.
Pribadi berpotensi sebagai ustadz Somad, seharusnya adalah pribadi pembangun bangsa dan pemersatu seluruh unsur masyarakat tanpa memandang latar belakang, bukan sebaliknya.
Rakyat Indonesia, dengan latar belakang apa pun, dalam situasi sekarang, sangat membutuhkan orang pintar dan plus suci seperti para ustadz yang bertebaran di dunia nyata dan dunia maya yang sedang berjuang untuk membangun manusia Indonesia menuju keberadaban yang makin manusiawi dan damai.
Sebaliknya, pernyataan dan tindakan (dari gerakan badan) ustadz Somad itu, sebetulnya sedang mencederai dirinya, mencederai perjuangan sesama ustadz dan nilai-nilai sakral yang tertulis di dalam Kitab Al-Quran.
Al-Quran, sebagai Buku Suci, tentu tidak pernah mengajarkan sikap tidak terpuji yang dilakukan oleh ustadz Somad. Sebagai matan murid dari Guru Besar Komarudin Hidayat, matan rektor dan dosen UIN di Jakarta, saya telah belajar Islamalogi dari beliau dan menemukan di dalam Kitab Suci Al-Quran tertulis bahwa Islam yang baik dan benar harus menghormati Nabi Isa (Yesus). Karena Nabi Mohammad, sebagai penerima Kitab Al-Quran, telah menempatkan Nabi Isa sebagai tokoh sentral di dalam Al-Quran. Maka berdasarkan kenyataan itu, jelaslah bahwa tindakan ustadz Somad sangat bertentangan dengan ajaran Al-Quran sendiri. Jadi kesimpulannya jelas pula bahwa Pak Somad belum merupakan penghayat Al-Quran yang baik. Dengan kata lain, ia masih dikategorikan sebagai penghafal Al-Quran, bukan pengamal Al-Quran.
Untuk tidak memperpanjang pembicaran kita mengenai pernyataan Ustadz Somad tersebut, saya akan mengakhiri tanggapan/reaksi singkat ini dengan beberapa point:
1. Umat yang telah tercederai (Kristen Katolik dan Protestan) dengan pernyataan ustadz Somad perlu menyampaikan surat protes kepada pusat Agama Islam di Indonesia agar mengontrol dan menegur para ustadz yang hanya memanfaatkan Al-Quran dan keluguhan umat untuk mencari uang dan ketenaran pribadi.
2. Masyarakat Indonesia (dari agama mana pun), perlu bersatu dan mawas diri, agar tidak jatuh ke dalam jebakan kelompok tertentu, yang memakai agama sebagai alat perjuangan politis mereka, untuk memecah belah bangsa NKRI.
3. Khusus untuk umat Kristen Katolik dan Protestan, perlu bersikap dewasa dalam iman, untuk menanggapi persoalan seperti itu. Umat dari kedua Gereja itu perlu kembali kepada Kitab Suci: Perjanjian Pertama dan Kedua, untuk mendalami Firman Tuhan dengan benar, agar mengimplementasikan dengan benar pula. Jauhi sikap arogan dan tindakan destruktif yang membahayakan hidup bersama sebagai anak Tuhan. Tugas kita adalah saling menjaga agar semua selamat dan damai.
4.Ampunilah ustadz Somad!! Itulah tugas dan keyakinan anak Tuhan sesuai PerintahNya. Jadikan ujaran kebencian, yang pedas sekalipun, abu dari gereja-gereja yang dibakar sebagai benih misi kebenaran; jadikan pengorbanan dan
darah para martir untuk perdamaian dan keselamatan, bila hal itu dipandang dan diyakini sebagai yang terbaik. Karena itu, semua yang merasa dikorbankan, perlu mendoakan ustadz Somad, bahwa dia dipakai untuk menguji kebesaran iman Anda. Syukurilah keadaan ini sebagai yang terbaik.
5. Jauhkanlah kedengkian, kedangkalan iman dan perjuangkanlah kedamaian sejati bagi Indonesia dan manusia semesta seluruhnya.
Peace and Good!
Edisi Bahasa Indonesia.
(Gcbarros)
Pernyataan ustadz Somad itu disampaikan dalam rangka menjawab pertanyaan seorang peserta pembinaan iman umat islamiah atau istilah "gaulnya": ceramah. Dan pernyataan itu juga telah menimbulkan reaksi luas.
Figur yang disandikan dengan nama Ustadz memang adalah figur atau tokoh pendidik; yang bertugas mendidik dan mendewasakan iman umat atau anak didiknya, seperti yang dilakukan ustadz Somad. Selain sebagai pendidik, ustadz juga dipandang sebagai tokoh iman, yang tugasnya adalah memberi petunjuk, mengarahkan, dan menuntun banyak orang menuju kebaikan untuk menemukan terang dan kedamaian abadi, yaitu Allah, yang merupakan satu-satunya sumber kebaikan, terang dan kedamaian itu sendiri.
Ustadz Somad, adalah pendidik, tokoh iman dan orang pintar di bidang agama keislaman yang cukup terkenal di Indonesia, yang boleh dibilang sudah matang secara rohani, mental (psikis) dan penuturan. Namun, ketika seorang Somad, yang bertitlekan Ustadz, yang adalah tokoh pendidik, tokoh iman dan penuntun umat, dengan sengaja (ditambah gerakan badan) mengeluarkan pernyataan yang jelas-jelas anti, benci dan muak terhadap simbol agama lain (lihat video yang diunggah) adalah tindak yang tidak terdidik, menyesatkan, bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila (bukan hanya satu sila tapi semua sila), dan sangat berpotensi untuk menciptakan konflik horizontal.
Pernyataan yang tidak terdidik dan menghasut (seperti diunggah dalam video yang sedang viral) adalah tidak layak dan sangat tidak pantas untuk keluar dari mulut seorang tokoh seperti Somad.
Pribadi berpotensi sebagai ustadz Somad, seharusnya adalah pribadi pembangun bangsa dan pemersatu seluruh unsur masyarakat tanpa memandang latar belakang, bukan sebaliknya.
Rakyat Indonesia, dengan latar belakang apa pun, dalam situasi sekarang, sangat membutuhkan orang pintar dan plus suci seperti para ustadz yang bertebaran di dunia nyata dan dunia maya yang sedang berjuang untuk membangun manusia Indonesia menuju keberadaban yang makin manusiawi dan damai.
Sebaliknya, pernyataan dan tindakan (dari gerakan badan) ustadz Somad itu, sebetulnya sedang mencederai dirinya, mencederai perjuangan sesama ustadz dan nilai-nilai sakral yang tertulis di dalam Kitab Al-Quran.
Al-Quran, sebagai Buku Suci, tentu tidak pernah mengajarkan sikap tidak terpuji yang dilakukan oleh ustadz Somad. Sebagai matan murid dari Guru Besar Komarudin Hidayat, matan rektor dan dosen UIN di Jakarta, saya telah belajar Islamalogi dari beliau dan menemukan di dalam Kitab Suci Al-Quran tertulis bahwa Islam yang baik dan benar harus menghormati Nabi Isa (Yesus). Karena Nabi Mohammad, sebagai penerima Kitab Al-Quran, telah menempatkan Nabi Isa sebagai tokoh sentral di dalam Al-Quran. Maka berdasarkan kenyataan itu, jelaslah bahwa tindakan ustadz Somad sangat bertentangan dengan ajaran Al-Quran sendiri. Jadi kesimpulannya jelas pula bahwa Pak Somad belum merupakan penghayat Al-Quran yang baik. Dengan kata lain, ia masih dikategorikan sebagai penghafal Al-Quran, bukan pengamal Al-Quran.
Untuk tidak memperpanjang pembicaran kita mengenai pernyataan Ustadz Somad tersebut, saya akan mengakhiri tanggapan/reaksi singkat ini dengan beberapa point:
1. Umat yang telah tercederai (Kristen Katolik dan Protestan) dengan pernyataan ustadz Somad perlu menyampaikan surat protes kepada pusat Agama Islam di Indonesia agar mengontrol dan menegur para ustadz yang hanya memanfaatkan Al-Quran dan keluguhan umat untuk mencari uang dan ketenaran pribadi.
2. Masyarakat Indonesia (dari agama mana pun), perlu bersatu dan mawas diri, agar tidak jatuh ke dalam jebakan kelompok tertentu, yang memakai agama sebagai alat perjuangan politis mereka, untuk memecah belah bangsa NKRI.
3. Khusus untuk umat Kristen Katolik dan Protestan, perlu bersikap dewasa dalam iman, untuk menanggapi persoalan seperti itu. Umat dari kedua Gereja itu perlu kembali kepada Kitab Suci: Perjanjian Pertama dan Kedua, untuk mendalami Firman Tuhan dengan benar, agar mengimplementasikan dengan benar pula. Jauhi sikap arogan dan tindakan destruktif yang membahayakan hidup bersama sebagai anak Tuhan. Tugas kita adalah saling menjaga agar semua selamat dan damai.
4.Ampunilah ustadz Somad!! Itulah tugas dan keyakinan anak Tuhan sesuai PerintahNya. Jadikan ujaran kebencian, yang pedas sekalipun, abu dari gereja-gereja yang dibakar sebagai benih misi kebenaran; jadikan pengorbanan dan
darah para martir untuk perdamaian dan keselamatan, bila hal itu dipandang dan diyakini sebagai yang terbaik. Karena itu, semua yang merasa dikorbankan, perlu mendoakan ustadz Somad, bahwa dia dipakai untuk menguji kebesaran iman Anda. Syukurilah keadaan ini sebagai yang terbaik.
5. Jauhkanlah kedengkian, kedangkalan iman dan perjuangkanlah kedamaian sejati bagi Indonesia dan manusia semesta seluruhnya.
Peace and Good!
Edisi Bahasa Indonesia.
(Gcbarros)
Comments
Post a Comment