"Cinta Anda - suami dan istri - adalah hadiah bagi dunia,"
kata Paus Fransiskus.
ROMA, SPIRITUAL - "Aborsi tidak pernah menjadi solusi bahkan ketika anak yang belum lahir mengalami kelainan patologis (kelainan tubuh). Karena anak-anak di dalam rahim adalah 'pasien kecil' dan para dokter tahu bagaimana memberikan perawatan kepada pasien kecil itu," kata Paus Fransiskus.
Ketika tes pranatal (sebelum kelahiran) menunjukkan ada kemungkinan anak memiliki patologi. Paus mengatakan, "pada tingkat sosial, ketakutan dan ketidaksukaan terhadap kecacatan sering mengarahkan orang pada pilihan untuk melakukan aborsi. Dan benar bahwa sering orang merasionalisasi tindakan 'pembunuhan' itu sebagai praktik 'pencegahan'."
“Tetapi ajaran Gereja mengenai hal ini jelas, bahwa kehidupan manusia itu suci dan tidak dapat diganggu gugat; penggunaan diagnosis pranatal untuk tujuan pembenaran aborsi harus benar-benar dihilangkan. Karena tindakan itu adalah ekspresi dari mentalitas eugenika yang tidak manusiawi (eugenika: mentalitas sosial yang tidak menghargai orang cacat/berpenyakit). Mentalitas demikian menghilangkan harapan keluarga yang mau menyambut, merangkul, dan mencintai anak-anak mereka yang paling lemah,” kata Paus Fransiskus.
Tetapi di luar apa yang Gereja ajarkan, Paus juga mengatakan bahwa "menggunakan aborsi sebagai alasan 'pencegahan' selalu tidak dapat diterima atau dibenarkan. Karena praktek aborsi menyangkut 'masalah kemanusiaan. Tidak ada sangkut-pautnya dengan iman melulu." Mengenai tindakan improvisasi, tanya Paus: "Apakah itu sah? Mengapa mengambil kehidupan manusia lain untuk menyelesaikan sebuah masalah? Apakah diizinkan untuk mengontrak pembunuh bayaran untuk menyelesaikan masalah? Jawabannya Anda tahu, bahwa masalah ini bukan tentang masalah agama. Tetapi lebih mengenai pada martabat manusia. Jadi, tindakan aborsi, dengan alasan apapun, tidak pernah dapat dihalalkan! ”
"Aborsi bukanlah jawaban yang dicari para wanita dan keluarga", kata Paus Fransiskus saat berpidato dalam sebuah konferensi di Vatikan ( Mei 2019) yang berjudul: Katakan “Ya untuk Hidup” (Pro-Life). Artinya, merawat anugerah kehidupan yang berharga dalam diri manusia termasuk kelemahan dan kecacatannya. ”
Tema Konferensi itu difokuskan pada tindakan kedokteran pranatal. Di mana menawarkan kesempatan untuk membantu bayi yang belum lahir sambil mengajukan pertanyaan-pertanyaan medis, etika, spiritual, dan pastoral. Tindakan ini penting dalam mendampingi keluarga yang menjalani pengalaman penderitaan bagi bayi mereka yang baru lahir, yang kemungkinan menderita penyakit serius atau cacat. Hal ini disampaikan kepada peserta konferensi yang berasal dari 70 negara.
Menurut situs web Dicastery for Laity, Family and Life (Urusan Tahta Suci untuk kehidupan awam, keluarga dan kehidupan), yang dipimpin oleh Kardinal Amerika Kevin Farrell, konferensi itu dikhususkan untuk menggagaskan bahwa tidak mempermasalahkan kondisi anak. Tetapi yang harus dipahami semua orang bahwa hidup selalu merupakan hadiah dan kesempatan untuk tumbuh dalam cinta, saling membantu dan kebersatuan sebagai keluarga.
Dalam sambutannya kepada para peserta konferensi saat itu, Paus Fransiskus mengatakan bahwa “kesulitan praktis, manusia dan spiritual tidak dapat disangkal, tetapi justru karena alasan ini tindakan pastoral yang lebih kritis-tajam sangat mendesak dan diperlukan untuk mendukung mereka yang menerima anak-anak yang sakit dan lemah.”
"Sangat penting bagi kita semua, untuk menciptakan ruang, tempat, dan 'jaringan cinta' sebagai tempat bagi pasangan dapat berpaling kepada satu sama lain, serta mendedikasikan waktu kita untuk pendampingan keluarga-keluarga ini," kata Paus.
Menurut Paus Fransiskus, "kecurigaan terhadap patologi, dan kepastian penyakit pranatal anak, mengubah pengalaman kehamilan, cenderung negatif, sehingga membuat wanita dan pasangannya menjadi sangat tidak nyaman."
“Rasa kesepian, ketidakberdayaan, dan ketakutan akan penderitaan anak dan seluruh keluarga muncul sebagai seruan yang hening; seruan untuk membantu dalam kegelapan penyakit, yang tak seorang pun tahu bagaimana memprediksi hasil tertentu," Kata Paus.
Banyak anak di dalam rahim, seperti yang dicatat oleh Paus, “sering dapat dirawat dengan intervensi farmakologis (ilmu yang berkaitan dengan obat-obatan), bedah dan lainnya yang luar biasa, yang mampu mengurangi kesenjangan yang mengerikan antara kemungkinan diagnostik dan terapeutik, yang selama bertahun-tahun telah menjadi salah satu penyebab aborsi dan juga pengabaian nasib anak-anak yang akan lahir."
Paus Fransiskus juga mengatakan bahwa "sangat penting bagi para dokter untuk memahami sebuah nilai perawatan, dan juga nilai sakral dari setiap kehidupan manusia. Sehingga tindakan perlindunganlah yang tetap menjadi tujuan akhir dari praktek medis."
“Profesi medis adalah misi, suatu panggilan hidup. Karena itu, sangat penting bagi para dokter untuk menyadari bahwa mereka sendiri adalah hadiah bagi keluarga yang dipercayakan kepada mereka. Dokter harus dapat menjalin hubungan, untuk mengambil alih tanggung jawab atas kehidupan dari yang lain. Karena itu, jadilah proaktif dalam menghadapi rasa sakit, mampu meyakinkan pasien, dan berusaha untuk selalu menemukan solusi dengan menghargai martabat setiap kehidupan manusia,” kata Paus Fransiskus.
Paus juga mengatakan bahwa "terkadang budaya turut menciptakan ruang yang menyebabkan anak-anak berada dalam kondisi kerapuhan yang ekstrem. Yakni budaya yang mendefinisikan yang 'lemah' sebagai kondisi yang tidak sesuai dengan kehidupan.” Namun, Paus berkata, “tidak ada manusia yang bisa tidak sesuai dengan kehidupan, bukan karena usianya, bukan karena kondisi kesehatannya, dan bukan karena kualitas keberadaannya. Artinya, semua manusia, dalam kondisi apapun, bernilai sama."
Paus Fransiskus mengenang bahwa "setiap anak yang mengumumkan kehadiran-dirinya dalam rahim wanita adalah hadiah, yang akan mengubah sejarah keluarga. Karena sang ibu akan segera merasakan kesadaran akan kehadiran, yang membuatnya bukan hanya seorang wanita, tetapi seorang "ibu."
Menutup pidatonya, Paus berterima kasih kepada keluarga, ibu dan ayah, yang telah menyambut kehidupan yang rapuh. Semangat seperti itu, dapat mendukung dan membantu keluarga lain. "Kesaksian cinta Anda adalah hadiah bagi dunia," kata Paus.
Sumber: Tulisan ini dikompilasi dari Crux News.
Foto: Hidup News.
(Gcbrrs)
Comments
Post a Comment