Dia adalah seorang mantan imam Katolik Roma yang melayani di Keuskupan Agung New York, dan menjadi komentator reguler di TV Fox News. Namun, dia baru-baru ini menjadi berita utama dan kontroversial karena meninggalkan imamatnya. Siapakah Pastor John Morris?
Pastor John Morris pernah menjadi salah satu imam paling terkenal di Gereja Katolik Roma sejak lama. Sebagai anggota kongregasi Legiun Kristus, ia dianggap sebagai salah satu pribadi yang disebut "orang suci" dari Gereja Katolik Roma, dan bahkan menggunakan koneksi luasnya untuk menjadi penasihat Hollywood, produser film yang melahirkan arktor-aktris ternama internasional.
Tetapi pada Mei 2019, dia mengumumkan bahwa dia mengundurkan diri dari imamatnya.
Jadi apa yang terjadi? Mari kita lihat apa yang kita ketahui tentang Pastor John Morris.
1. Dia belajar di Roma, Italia.
Adalah impian banyak anak muda untuk belajar di luar negeri - tetapi bagi Pastor John Morris, hal itu adalah kenyataan. Menurut Daftar Katolik Nasional, ia masuk ke dalam jenjang imamat pada usia 21 dan diberangkatkan ke Roma, Italia, untuk belajar teologi klasik, dan filsafat. Dia secara resmi ditahbiskan sebagai imam dalam kongregasi Legiun Kristus pada tahun 2002 setelah studinya.
2. Dia melayani sebagai penasihat tentang Sengsara Kristus.
Sebelum dia tidak lagi menjadi penasihat di Hollywood, Mel Gibson merilis film yang populer dan kontroversial: The Passion of the Christ. Dalam sebuah wawancara dengan koran Franciscan University of Steubenville, Pastor John Morris menegaskan bahwa ia melayani sebagai penasihat film selama hampir dua tahun. Di tempat kerja tersebut dia sangat akrab dengan para aktor film seperti Mel Gibson.
“Selama satu setengah tahun terakhir, saya telah mendapat karunia untuk mengerjakan film ini, melakukan beberapa konsultasi teologis, dan yang terpenting, berada di sana sebagai seorang imam dan teman bagi para produser dan aktor. Film ini adalah kemenangan seni tetapi pertama-tama dan terutama adalah kemenangan iman. Ada beberapa masa sulit di setiap setting. Mel, Steve, Jim ... mereka mengambil risiko besar, mempertaruhkan karier, reputasi, dan persahabatan mereka dalam industri film itu sendiri. Banyak yang dipertaruhkan dan iblis sangat aktif. Kami sangat merasakan peperangan rohani yang amat dahsyat, dan kami tahu bahwa kami terlibat dalam sesuatu yang lebih besar dari diri kami sendiri. Ketika segala sesuatu mulai berjalan salah, ketika pers mulai menyerang dengan ganas dan tanpa henti, ini adalah saat-saat yang sulit. Namun, kami banyak berdoa dan juga banyak memberi penjelasan , ”katanya kepada beberapa awak media.
3. Dia adalah direktur program Saluran Katolik SiriusXM.
Menurut The Catholic Sun, pada 2012, Pastor John Morris menjadi direktur program untuk Saluran Katolik SiriusXM. Dia memegang posisi itu sampai 2015. Dia memegang posisi itu sambil melayani sebagai pastor paroki untuk Gereja Corpus Christi di Manhattan dan juga sebagai Pastor Kampus untuk Universitas Columbia.
4. Legion of Christ sangat kontroversial.
Pastor John Morris adalah anggota kongregasi Legiun Kristus, Katolik Roma, tetapi kongregasi itu bukannya tanpa kontroversi. Menurut Crux News, Morris meninggalkan kongregasinya pada tahun 2009, tiga tahun setelah pendiri kongregasi tersebut ditangguhkan dari tugas keimamatannya karena kasus dan pelanggaran tertentu.
5. Pastor John Morris ingin meninggalkan imamat untuk memulai sebuah keluarga.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis kepada Patheos, Pastor John Morris menjelaskan bahwa ia ingin dibebaskan dari tugas-tugas keimamatannya karena ia tertarik untuk memulai sebuah keluarga, menjadi "father of sons and daughters".
“Sebelum mengambil langkah ini, saya telah mempertimbangkannya lama dan dalam beberapa tahun terakhir membahasnya panjang lebar dengan pembimbing spiritual saya. Sementara saya telah mencintai dan berkembang dalam banyak aspek pelayanan saya. Namun jauh di dalam batin saya, saya telah berjuang selama bertahun-tahun dengan panggilan saya dan dengan komitmen yang dituntut oleh imamat Katolik, terutama karena tidak dapat menikah dan memiliki keluarga, ”katanya. “Ketakutan saya bahwa saya akan mengecewakan harapan orang banyak terhadap saya. Perasaan itu selalu menahan saya untuk mengambil langkah ini. Hanya sekarang, karena sedang cuti panjang, saya memiliki kejernihan pikiran dan kedamaian jiwa untuk berefleksi sehingga saya dapat mengambil keputusan untuk bergerak ke arah ini".
Pastor Morris termasuk pribadi yang jujur terhadap dirinya dan berani mengungkapkan isi hatinya kepada publik tentang perjuangan batinnya untuk terpanggil kembali untuk menjadi seorang ayah untuk mempersiap benih gereja dan panggilan gerejawi melalui keluarga.
Umat tentu sadar dan tahu bahwa gereja dan panggilan religius lahir dan tumbuh dari orang-orang yang berani memutuskan untuk menjadi ayah dan ibu melalui "gereja dan seminari kecil" ini, yaitu keluarga. Saat ini, khususnya di negara-negara maju seperti Eropa, keputusan untuk menjadi ayah dan ibu merupakan sebuah krisis dan tantangan besar. Hal ini meneruakkan pertanyaan fundamental ini: Dari manakah benih panggilan gerejawi berasal bila tidak ada lagi pria dan wanita yang berani untuk hidup berkeluarga menjadi ayah dan ibu bagi anak-anak yang akan dititipi Allah? Bukankah dewasa ini banyak pria dan wanita ingin hidup bersama, namun mereka tidak siap untuk menjadi ayah dan ibu. Artinya mereka mau hidup sebebas-bebasnya tanpa direpotkan oleh kehadiran anak-anak.
Situasi itu merupakan krisis krusial yang belum selesai bahkan menjadi "ngejelimet". Karena itu, sesuai pesan Paus Fransiskus bahwa pada saat-saat sulit seperti sekarang ini, kita semua dipanggil untuk mendoakan satu sama lain, membuang jauh sikap yang suka menggosip dan sikap menghakimi orang lain.
Mari kita juga mendoakan imam-imam kita dan juga mereka yang terpanggil kembali seperti Pastor Morris untuk menjadi ayah dan ibu untuk merintis-retas hidup baru sebagai "co-creator's" di dunia ini untuk terus memperlihatkan wajah Allah sebagai Pencipta dan Pengasih.
Dikutip dari FOX News.
(Gcb)
Comments
Post a Comment