Berbagai penelitian dan estudi telah membuktikan bahwa terang imanlah yang akhirnya membantu kita - dalam alasan apa pun - untuk memahami yang tidak kita pahami.
Bagaimana kita dapat memahami sebuah misteri yang tidak dapat ditembus oleh akal kita? Kita dapat menyaring dari prinsip ajaran Katolik bahwa, untuk mempelajari teologi, kita harus selalu memulai dari iman, dan menerapkan kecerdasan kita dan kemudian menyimpulkannya dengan iman yang baru dalam tindakan nyata. Karena lebih baik mencintai apa yang melebihi intelek kita dan memahami apa yang lebih rendah dari kita.
Karena misteri adalah sesuatu yang melampaui kecerdasan kita. Maka tindakan yang diperlukan dari pihak kita ialah percaya, merayakannya, dan hidup dengan mempertimbangkannya dengan mata iman, yaitu hati. Karena dengan iman dan kepercayaan akan membantu kita untuk mencapai hal yang tidak bisa kita capai dengan intelek.
Di antara misteri yang diajarkan oleh Gereja Katolik, salah satu yang paling mulia dan mengagumkan adalah Transubstansiasi, karena di dalamnya "seluruh Diri Kristus terkandung di bawah setiap spesies dan di bawah setiap bagian dari setiap spesies: Roti dan anggur." Tapi bagaimana caranya kita dapat menjelaskannya? Tentu kenyataan itu hanya dapat dijelaskan dengan mukjizat: seluruh substansi roti menjadi substansi Tubuh Tuhan kita dan semua substansi anggur menjadi substansi Darah-Nya yang Paling Mulia.
Ucapkan kata-kata konsekrasi - Inilah Tubuh-Ku; Inilah Piala Darah-Ku..., moment sakral dan puncak dalam Ekaristi, merupakan saat-saat di mana Tuhan kita Yesus Kristus akan segera hadir dalam Tubuh, Darah, Jiwa dan Keilahian, di bawah jenis roti dan anggur. Apa artinya "di bawah spesies"? Tidak kurang, adalah tindakan mukjizat transubstansiasi, yakni substansi roti dan anggur berhenti hadir dengan memberi tempat bagi substansi Tubuh dan Darah Yesus Kristus. Setelah substansi roti dan anggur tidak ada lagi, tetapi dalam Ekaristi bentuk fisiknya tetap ada (warna, bau, dll.), hanya substansinya berubah, "karena bagi Allah segala sesuatu dapat terjadi" (Mat 19:26).
Dalam Ekaristi, kehadiran ini terjadi dalam dua cara. Pertama-tama berdasarkan sakramen, dengan kata lain, dalam pengudusan roti dikatakan: "Inilah Tubuh-Ku;" berdasarkan sakramen ada secara eksklusif menghadirkan substansi Tubuh Kristus. Demikian juga sehubungan dengan jenis anggur, dikatakan: "Inilah Piala Darah-Ku ..." di bawah spesies ini hadir secara eksklusif zat Darah Kristus. Di sisi lain, dengan alasan bersamaan, yaitu di mana satu hadir, yang lain hadir, di bawah spesies roti substansi Tubuh hadir, tetapi juga, dalam saat yang sama, Darah, Jiwa dan Keilahian, sekaligus hadir. Karena tidak mungkin keduanya saling terpisahkan.
Karena itu, ketika kita hadir dalam Ekaristi, kita benar-benar menyambut Tuhan sendiri. Dia orang Galilea yang menyembuhkan orang sakit, orang lumpuh, orang bisu, buta dan tuli... Demi mereka dan kita, Dia membiarkan diri-Nya untuk disalibkan; Dia "orang benar mati untuk orang yang tidak benar" (lh. 1 Petrus 3:18) untuk menyelamatkan kita. Apakah "hanya" ini? Tidak! Tuhan Yang Esa dan Tritunggal sendiri datang menyerahkan diri dan tinggal bersama kita untuk selama di dalam dan melalui Ekaristi dan Sakramen-sakramen lainnya.
Begitu besar dan dalamnya misteri itu, sehingga kita tidak mampu mengerti dengan akal kita, tetapi Iman kita meyakinkan kita. "Quod non cápis, quod non vídes, animósa fírmat fídes, praetes rérum ordinem".
(Gcb)
Comments
Post a Comment