Paus Fransiskus
Paus Fransiskus dalam salah satu khotbahnya mengingatkan para pemimpin seperti politisi, pastor, pemimpin publik, guru dan bahkan orang tua perlu "memiliki kebijaksanaan untuk memimpin seseorang karena jika tidak mereka berisiko merusak orang yang percaya pada mereka." “Bisakah orang buta memimpin orang buta?” Tanya Paus selama Angelus di Lapangan Santo Petrus. Kemudian Paus mengatakan bahwa "seorang pemandu tidak mungkin buta, tetapi dia harus melihat dengan baik, menyadari perannya yang lembut dan selalu menemukan cara yang tepat untuk memimpin orang lain."
Dia juga menegaskan bahwa orang percaya menghindari gosip yang dapat membahayakan orang lain dan tidak sombong dan munafik. "Siapa pun yang jahat membawa kejahatan dengan melakukan latihan yang paling merusak yaitu: bergumam dan bergosip."
"Prilaku seperti itu menghancurkan keluarga, menghancurkan sekolah, menghancurkan pekerjaan, menghancurkan lingkungan, dan menciptakan perang," jelas Paus.
“Mengapa Anda dapat melihat kotoran sekecil bintik hitam di mata saudaramu sedangkan Anda tidak ingat apa yang ada di dalam dirimu?” Tanya Paus Fransiskus sambil menekankan bahwa orang “lebih mudah dan lebih nyaman untuk mengutuk kesalahan orang lain tanpa bisa melihat hal yang sama ada dalam dirinya".
Pemimpin Gereja Katolik itu mengingatkan bahwa ketika kita berusaha mengamati dan memperbaiki kesalahan-kesalahan berikutnya, kita harus ingat bahwa kita juga memiliki kekurangan. "Jika berpikir bahwa saya tidak punya kekurangan, saya tidak bisa mengutuk atau memperbaiki orang lain. Kita semua memiliki kekurangan dan kita harus sadar bahwa sebelum kita mengutuk orang lain, kita perlu mencari atau melihat ke dalam diri kita sendiri."
Menurut Paus, "selalu bermanfaat untuk membantu orang lain dengan nasihat yang bijak", tetapi perlu memiliki kearifan, karena hanya dengan cara ini "kita akan dapat dipercaya, bertindak dengan rendah hati, dan bersaksi tentang kasih"
"Tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang buruk, maupun pohon yang buruk yang menghasilkan buah yang baik. Bahkan, setiap pohon dikenali dari buahnya," kata Paus.
Merefleksikan khotbah Paus di atas, kita perlu introspeksi diri sambil melihat situasi politik dalam negeri saat ini, atau pun situasi rumah tangga kita.
Baru saja rakyat Indonesia berpartisipasi dalam pesta demokrasi untuk memilih para pemimpinnya yang akan yang melayani masyarakat lima tahun ke depan. Apakah mereka yang kita pilih itu adalah orang-orang yang benar-benar bijaksana untuk memimpin negeri ini?
Terlepas dari mereka yang telah kita pilih, bijaksana atau tidak, namun mereka yang telah kita pilih merupakan ''buah'' terbaik yang rakyat Indonesia hasilkan bersama melalui pemilihan umum. Kedepan ''buah-buah'' pilihan kita itu, apakah akan menumbuhkan dan menghasilkan buah yang berlimpah? Kita semua harus puas dan terima bahwa mereka telah dipilih oleh suara mayoritas. Suara mayoritas adalah suara semua rakyat Indonesia. Kesalahan dan kekeliruan dalam pelaksanaan sebuah pemilihan umum adalah hal lumrah bahwa memang kita selalu ada kekurangan.
Tugas kita yang lain adalah mendoakan para pemimpin yang telah kita pilih, agar mereka dapat melayani masyarakat dengan hati sesuai dengan sumpah jabatan mereka.
Sumber: Vatican News.
(Gcb)
Comments
Post a Comment